Hari sabtu pagi yang molor dari waktu keberangkatan yang sebenarnya di agendakan, waktu sudah menunjukan jam 11 pagi menjelang siang. Aku segera bergegas berangkat menuju kota Bontang dengan menggunakan bus kecil berbiaya 20.000 IDR / org. Sebuah armada yang sebenarnya sudah perlu di ganti dengan armada baru yang bisa menyamankan penumpang, karena harus menempuh perjalanan selama 3 jam dengan jalan yang bisa dibilang amburadul. Ada banyak lubang dan jalanan rusak untuk menuju ke kota Bontang tersebut.
Di sepanjang perjalanan menuju kota Bontang, terlihat hamparan luas yang dulunya adalah hutan perlahan telah beralih fungsi menjadi pemukiman, perkebunan dan pertambangan. Kemudian di tengah perjalanan kita akan melewati tanjakan tinggi dan cukup panjang, yang dikenal dengan Gunung Menangis. Disebut seperti itu, karena kendaraan yang melewati tanjakan tersebut akan berusaha sekuatnya untuk bisa menaiki tanjakan tersebut hingga suara mesin terdengar seperti orang yang menangis.
Sesampainya di Kota Bontang, dijemput oleh adikku, Anda. Aku menginap di tempat tinggalnya untuk semalam. Sementara ini dia tinggal di perumahan PT. Badak NGL. Perumahan dari perusahaan penghasil gas alam cair (LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia. Jalan yang ditempuh masuk ke dalam perumahan sejauh 4 km. Pertama masuk, yang terasa adalah sejuk, segar dengan spot –spot hutan kecil yang tersisa dan suguhan danau beserta taman bermainnya juga tanaman yang tersusun dengan rapih.
Sesampainya dirumah aku beristirahat, karena pusing mendera :D. Keesokan pagi, bertiga kami bersiap untuk berangkat menuju Pulau Beras Basah. Salah satu pulau yang cukup dikenal dan ramai dikunjungi oleh wisatawan. Dengan berbekal makanan dan minuman seadanya dan tidak lupa benda yang wajib di bawa, kamera. Kamipun berangkat menuju dermaga speed boat di pantai Marina. Setelah mencatat nama, segera kami diberangkatkan dengan speed boat yang sudah standby menanti. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit menuju Pulau Beras Basah. Btw, di tengah perjalanan kami melihat ada perkampungan di tengah laut bersandingan dengan sebuah pulau. Wah, aku tidak bisa membayangkan betapa unik kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah kampung tersebut.
Sesampainya di Pulau Beras Basah, dalam hatiku berbisik “pulau kecil, lautnya bening dan pengunjungnya buanyak”. Pulau Beras Basah memiliki luasan yang tidak besar hanya dengan waktu 10-15 menit kita sudah bisa mengelilinginya. Pengunjung di hari Minggu/libur sangat ramai, Hari Minggu. Banyak sekali mereka yang datang sekedar untuk bersantai ataupun berpiknik bersama keluarga.